Oleh : Haryanto, S.Pd.
Pada upacara peringatan hari besar nasional, khususnya saat menyanyikan lagu-lagu nasional, guru banyak yang tersentak manakala anak didiknya terdiam. Selidik punya selidik, terdapat penemuan yang sangat memprihatinkan, siswa tidak hafal lirik/syair lagu-lagu nasional tersebut, Lantas siapakah yang salah ? Guru ataukah perangkat kurikulumnya ? Ataukah pengaruh luar yang lebih mendendangkan secara vulgar lagu-lagu cinta ?
Pada tataran sederhana para elit politik pun dalam acara resmi ada yang salah ketika membacakan teks pancasila. Ironisnya kejadian terulang ketika membacakan sila keempat dari Pancasila. Dalam tataran anak didik, dalam jenjang SMA/SMK pun ada siswa yang tidak hafal urutan dan bunyi teks pancasila. Lantas ke manakah jiwa nasionalisme ?
Untuk mewujudkan rasa patriotisme hal tersebut di atas perlu rasanya dimasukkan pendidikan nasionalisme. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nasionalisme artinya paham untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri; kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau actual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu. Dari pengertian ini jelaslah pendidikan nasionalissme merupakan sesuatu yang urgen dan mendesak daripada pendidikan antikorupsi yang akan diberlakukan di sekolah. Dengan pendidikan nasionalisme akan terbentuk generasi yang cinta Indonesia sebagai tanah air. Secara konvergen akan beribas pada penanaman nilai-nilai kejuangan dan perjuangan bangsa sehingga ke-Bineka Tunggal Ika-an selalu terjaga. Tentu kita masih teringat pengalaman pahit peristiwa ampera, tragedi di Kalimantan Timur, dan beberapa tahun yang lalu dipilukan peristiwa Sampit. Jika dicermati semua terjadi karena ego kesukuan atau kelompok yang dikorbankan. Jika peristiwa di atas tidak segera dicarikan solusinya suatu saat akan meletup di setiap daerah. Maka rasa nasionalisme generasi muda perlu dibekalkan walau dalam wujud sederhana, misalnya menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Secara berkelanjutan perlu pula diintensifkan pengetahuan siswa tentang naka-nama pahlawan dan asal daerahnya. Bukan dalam hal ini mau mengebiri pendidikan sejarah dan PKn tetapi untuk me”memelekkan” generasi muda bahwa Indonesia yang luasnya dari Sabang sampai Merauke bukan hasil perjuangan segelintir orang dari satu daerah tetapi kebersamaan para pejuang untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka dan sejahtera. Apapun sukunya, apapun agama berhak tinggal diseluruh wilayah Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar